27 Desember 2024
Image Source : Riau Green
http://riaugreen.com/photo/dir082016/riaugreen_Solusi-Kelangkaan-Energi–Industri–Sawit-Menghasilkan-Jutaan-Watt-Listrik-Terbarukan.jpg

Royal Golden Eagle (RGE) memiliki filosofi bisnis tersendiri yang dikenal sebagai 5C. Salah satu poin yang terkandung di dalamnya adalah kewajiban bagi semua anak perusahaannya untuk aktif menjaga keseimbangan iklim. Tuntutan ini membuat RGE terus berusaha mencari cara penanganan limbah yang baik. Salah satu langkahnya dilakukan oleh Asian Agri yang berupaya memanfaatkan limbah produksinya menjadi energi listrik.

Asian Agri merupakan anak perusahaan Royal Golden Eagle yang berkecimpung dalam industri kelapa sawit. Mereka dikenal sebagai salah satu pemain besar dalam bidang tersebut di Asia.

Hal itu tidak lepas dari kapasitas produksi Asian Agri yang besar. Per tahun, anak perusahaan RGE ini mampu menghasilkan minyak kelapa sawit sebanyak 1 juta ton.

Untuk mendapatkan bahan baku, Asian Agri mengelola perkebunan dengan konsep terbarukan seluas 160 ribu hektare. Dari luas itu, 60 ribu hektare di antaranya dikelola para petani dalam skema inti-plasma. Bukan hanya itu, unit bisnis RGE ini juga bekerja sama dengan 30 ribu petani independen untuk memastikan suplai terus terjaga.

Dalam sebuah proses produksi kelapa sawit dihasilkan limbah yang berbentuk padat maupun cair. Volumenya cukup besar. Sebagai gambaran, untuk sebuah pabrik dengan kapasitas 100 ribu ton tandan buah segar per tahun akan dihasilkan limbah padat berupa enam ribu ton cangkang, 12 ribu ton serabut, dan 23 ribu ton tandan buah kosong.

Bkan hanya itu, ada pula limbah cair yang dihasilkan dalam proses produksi minyak kelapa sawit. Untuk setiap ton tandan buah segar akan diperoleh limbah yang dikenal sebagai Palm Oil Mill Effluent (POME) sebanyak 550 kilogram. Jumlah itu juga cukup banyak.

Selama ini, Asian Agri telah berhasil mengelola limbah padat dan cair kelapa sawit dengan baik. Untuk limbah padat, anak perusahaan grup yang dulu bernama Raja Garuda Mas itu sukses memanfaatkannya sebagai pupuk kompos. Namun, untuk limbah cair, terobosan yang lebih penting berhasil dilakukan. Asian Agri mampu mengubahnya menjadi energi listrik.

POME dihasilkan dalam proses produksi minyak kelapa sawit. Wujudnya berupa cairan yang berminyak dan tidak beracun. Biasanya, POME ditampung dalam kolam-kolam penampungan yang dibangun di pabrik.

Namun, Asian Agri terus berupaya mencari cara penanganan POME yang lebih baik. Hasilnya, daripada sekadar ditampung sebelum diolah, anak perusahaan RGE ini memilih mengubahnya menjadi energi listrik.

Untuk melakukannya, limbah cair diproses sedemikian rupa terlebih dulu. Sesudahnya POME dimasukkan ke digester. Di sana dilakukan proses anaerobik untuk menghasilkan biogas. Tapi proses belum berakhir. Biogas masih perlu diolah lagi untuk bisa menghasilkan listrik.

Biogas kemudian dimasukkan ke dalam scrubber untuk menurunkan konsentrasi Hidrogen Sulfida sesuai yang disyaratkan gas engine. Nanti dari sana proses dilanjutkan ke gas engine atau boiler untuk memproduksi listrik.

Proses itu dilakukan oleh Asian Agri dalam Pembangkit Listrik Tenaga Biogas (PLTBG) yang mereka dirikan. Total, hingga 2016, anak perusahaan RGE ini sudah mendirikan lima PLTBG yang tersebar di Provinsi Riau, Jambi, dan Sumatera Utara.

“Pabrik Biogas yang didirikan Asian Agri merupakan bentuk tanggung jawab kami terhadap kelestarian lingkungan. Tidak hanya sekadar menjalankan bisnis perusahaan, kami berusaha agar limbah dari pengolahan sawit dapat menjadi sebuah hal yang memberikan manfaat bagi lingkungan dan juga masyarakat,” ujar Direktur Asian Agri Freddy Widjaya.

Langkah Asian Agri dirasa sangat tepat. POME memang tidak berbahaya, namun jika dibuirkan begitu saja justru akan melepaskan zat yang merugikan bagi alam.

“Pembangkit ini memanfaatkan gas metanol yang dihasilkan dalam pengolahan. Jika lepas ke atmosfer, gas ini lebih berbahaya dibanding karbondioksida. Dengan memanfaatkan gas ini menjadi listrik, hal ini akan mengurangi dampak lingkungan,” ujar Dirjen Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian ESDM Rida Mulyana.

Tak heran Kementerian ESDM mengapreasiasi langkah yang dilakukan oleh Asian Agri. Mereka sangat mendukung upaya anak perusahaan RGE ini untuk menjaga kelestarian alam dengan pemanfaatan limbah cair kelapa sawit.

DIBAGIKAN KE MASYARAKAT

Image Source: Riau Green
http://riaugreen.com/photo/dir082016/riaugreen_Solusi-Kelangkaan-Energi–Industri–Sawit-Menghasilkan-Jutaan-Watt-Listrik-Terbarukan.jpg

PLTBG yang dibangun Asian Agri tidak hanya terhenti lima fasilitas saja. Unit bisnis bagian dari grup yang pernah bernama Raja Garuda Mas ini tengah membangun tiga lagi pada 2017. Diharapkan, pada akhir 2017, sudah ada delapan PLTBG berdiri.

Namun, target Asian Agri jauh lebih banyak. Pada 2020 nanti, mereka menargetkan sudah membangun 20 PLTBG.
Asian Agri melakukannya karena ingin memperkuat implementasi poin filosofi bisnis 5C yang lain, yakni memberi manfaat kepada masyarakat dan negara. Asian Agri tahu pemerintah Indonesia tengah berupaya mengejar target suplai listrik sebesar 35 ribu megawatt. Anak perusahaan RGE itu bisa ambil bagian dalam upaya pencapaian target tersebut lewat PLTBG yang didirikannya.

“Kalau ada 1.000 pabrik kelapa sawit di Indonesia pakai ini (membangun PLTBG, Red.), paling sedikit bakal ada 1.500-2.000 MW. Jumlah itu lima persen dari 35 ribu MW. Pemerintah tidak perlu capai-capai bangun pembangkit,” kata Freddy.

Selain hendak memberikan manfaat kepada negara, Asian Agri juga ingin berguna bagi masyarakat di sekitarnya secara langsung. Hal itu diwujudkan dalam pembagian listrik kepada warga di sekitar PLTBG.

Hal itu dimungkinkan karena ada listrik tersisa dari setiap PLTBG yang dibangun Asian Agri. Setiap PLTBG milik anak perusahaan RGE itu memiliki kapasitas penghasil listrik sebesar 2 megawatt. Energi itu kemudian digunakan untuk memutar operasi perusahaan. Namun, ternyata Asian Agri hanya membutuhkan 700 KW, sehingga ada listrik tersisa sebanyak 1,3 KW. Inilah yang rencananya hendak disalurkan ke masyarakat.

Asian Agri berencana bekerja sama dengan Perusahaan Listrik Negara (PLN) dalam pelaksanaannya. Jika tercapai kesepakatan, maka manfaat besar bakal dirasakan oleh warga yang membutuhkan listrik. Selama ini banyak yang mengandalkan listrik dari PLN yang masih kesulitan memenuhi kebutuhan warga. Bahkan, ada pula yang memakai genset yang lebih boros. Dengan adanya suplai listrik dari Asian Agri, maka warga akan terbantu.

Menurut perhitungan Asian Agri, satu PLTBG saja akan mampu mendukung sekitar tujuh ribu rumah. “Seandainya satu rumah sederhana membutuhkan 900 watt, maka kelebihan listrik Asian Agri ini dapat dimanfaatkan oleh lebih dari 7.000 rumah, yang berarti akan ada banyak kebutuhan listrik perumahan rakyat yang dapat didukung oleh pabrik Biogas Asian Agri,” ujar Freddy.

Jumlah orang yang terbantu oleh keberadaan PLTBG tidak main-main. Sesuai dengan kalkulasi yang telah dipaparkan sebelumnya, maka pada 2020 nanti setidaknya akan ada 28 ribu rumah yang menikmati listrik dari limbah kelapa sawit.

Hal ini memperlihatkan bahwa prinsip 5C sudah dijalankan dengan oleh Asian Agri. Mereka terbukti berhasil memberi beragam manfaat kepada pihak lain sembari menjaga keseimbangan iklim. Pemanfaatan limbah kelapa sawit menjadi energi listrik merupakan contoh nyata.

Sumber : http://www.po-and-g.com/id/tentang-kami/sukanto-tanoto-id